Kamis, 21 Februari 2013

“ AKHLAK (اخلاق) “




MAKALAH

AKHLAK  (اخلاق)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM




ANDRI RUSWANDI
BAI MAHDI  
SOFYAN HADI




Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang, Tangerang selatan, Banten
Telp (021) 7412 566 & Fax (021) 7412 566
E-mail : Info@unpam.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini bererti akhlak merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah mahupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadat, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas adalah pengertian akhlak seorang manusia khususnya akhlak seorang muslim terhadap dirinya sendiri, lingkungan, dan terlebih akhlak terhadap Allah SWT. Yaitu tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang manusia muslim tehadap dirinya sendiri, lingkungan dan terhadap Allah SWT. Sehingga nantinya seorang muslim akan menjadi seorang yang berakhlak mulia khususnya akhlak Kepada Allah SWT.
Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan taqwa kepada Allah SWT.

2.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut
2.1  Apa Pengertian dan ruang lingkup Akhlak?
2.2  Perbandingan Ukuran Baik Buruk Dalam Akhlak dengan Aliran dalam Filsafat Etika
2.3  Bagaimanakah Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama?

3.       TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa dapat memahami pengertian dan ruang lingkup akhlak
2.      Mahasiswa dapat memahami perbandingan baik buruk dalam akhlak
3.      Mahasiswa dapat memahami implementasi akhlak dalam kehidupan bersama

4.      MANFAAT PENULISAN
Penyusunan berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1              PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKHLAK

2.1.1        PENGERTIAN AKHLAK
Sebagaimana kita ketahui bahwa komponen ( Utama ) dalam agama islam adalah akidah, ayari’ah dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan nabi Mihammad SAW kepada malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti islam, iman dan ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya sama dengan ini yang dikandung oleh perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan ( tersebut di atas ) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsana yang berarti berbuat baik.
Di dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebijakan atau kebaikan (antara lain pada surat An-nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat Ar-Rahman (55) ayat 60). Baik bebaikan maupun kebajikan rapat hubungannya dengan akhlak.
Akhlak berasal dari bahasa arab (اخلاق) jamak dari kata خلق yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya.
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kata akhlaknya yang berarti menciptakan seakan dengan kata khaliq (pencipta), makhaliq yang (diciptakan) dan khalq (penciptaan).Kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (Tuhan).
Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mempunyai atau mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan ataupenerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negative, mungkin baik mungkin buruk.
Yang termasuk kedalam akhlak positif adalahsegala tingkah laku , tabiat, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan sifat baik yang lainnya.
Sedangkan yang termasuk kedalam akhlak negatif adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong, dendam, dendki, khianat, dan sifat yang buruk lainnya. Adapun yang menentukan baik buruk nya akhlak adalah nilai dan norma agama, dan katakana bahwa al-haq datangnta dari tuhanmu.
Secara terminologis (ishthilabah) ada beberapa definisi tentang akhlaq :
1.                  Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.                  Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan.
3.                  Abdul Karim Zaidan
Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang depan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlak bersifat netral, belum merunjuk kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya, bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya. “kamu tidak berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaknya.
Akhlak menempati posisi sangat penting dalam islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti merupakan ‘buah’ pohon islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaus syari’ah. Pentingnya kedua akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah ( sunnah dalam bentuk perkataan ) rasulullah, Diantaranya adalah;
·                     “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
·                     “Mungkin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR.Tarmizi)
Dan, Akhlak nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak islam atau akhlak islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran islam.

2.1.2        PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT (sebagai Kholiq).

2.1.3        RUANG LINGKUP AKHLAK

A.    Akhlak Terhadap Diri Sendiri, Meliputi;

Ø  Berakhlak terhadap jasmani.
a.  menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
b.  Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
c. tidak mengabaikan latihan jasmaninya
riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
d. Rupa diri.
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
Ø  berakhlak terhadap akalnya.
a. memenuhi akalnya dengan ilmu
akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh 'ain  yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
b. penguasaan ilmu
sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
Ø  Berakhlak terhadap jiwa
manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a.       Bertaubat
b.      Bermuqarabah
c.       Bermuhasabah
d.      Bermujahadah
e.       Memperbanyak ibadah
f.       Menghadiri majlis Iman
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita perlu berdoa kepada Allah.

B.     Akhlak Terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah kehidupan. Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup. Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya. Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
Adapun yang di maksud akhlak terhadap sesama adalah misalnya;
1.      Akhlak terhadap Rasulullah SAW,
Dalam banyak ayat, Allah SWT meletakkan perintah taat kepada Rasulullah sesudah perintah taat kepada Allah. Adakalanya perintah taat kepada Rasulullah disebut secara eksplisit sehingga kalimatnya menjadi ‘’taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul’’, dan ada kalanya dengan di’athaf (diikutkan) saja kepada perintah saat kepada Allah, sehingga kalimatnya menjadi ‘’taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya’’seperti dalam dua ayat berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan baru kemudian. Yang demikian itu lebih baik akibatnya.”(QS. An-Nisa 4:59).
2.      Akhlak terhadap orang tua,
Dalam Al-Qur’an dan al Hadis permasalahan berbakti kepada orang tua senantiasa dikaitkan dengan keimanan kepada Allah, sedangkan masalah  durhaka terhadap keduanya selalu dikaitkan dengan berbuat syirik terhadapNya. Tak heran bila sebagian ulama menyimpulkan bahwa keimanan seseorang tidak akan berarti selama dia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya dan tidak ada bakti kepada keduanya selama dia tidak beriman kepada Allah.
Berbuat baik kepada orang tua merupakan ajaran yang menjadi ketepatan kitabullah Al-Qur’an dan al hadis. Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan suatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)
Allah menghubungkan beribadah kepadaNya dengan berbuat baik kepada orang tua. Hal ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua dan birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua) di sisi Allah.
Secara naluri, orang tua rela mati mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan membesarkan anak-anaknya dan anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan sempurna dan kedua orang tuanya.
Seorang anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang tuanya. Tatkala kedua orang tua menginjak masa tua, mereka pun tetap berbahagia  dengan keadaan putra-putrinya. Akan tetapi, betapa cepat seorang anak melalaikan jasa-jasa orang tuanya, hanya karena disibukkan oleh istri dan anak-anaknya. Ia tidak perlu bagi menasihati anak-anaknya hanya saja seorang anak harus diingatkan dan digugah perasaannya atas kewajiban mereka terhadap orang tuanya yang sepanjang umurnya dihabiskan untuk mereka serta mengorbankan segala yang ada demi kesenangan dan kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.
Ini tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu keharusan bagi anak  untuk selalu mengucapkan perkataan yang baik kepada kedua orang tua dan memperlihatkan sikap hormat serta menghargai.
Allah ta’ala juga berfirman dalam surat Al Isra’ yang artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang”
Seolah-olah sikap rendah diri  memiliki sayap dan sayap tersebut direndahkan sebagai tanda penghormatan dan penyerahan diri dalam arti sikap rendah diri yang selayaknya kepada kedua orang tua, sebagai pengakuan tulus atas kebaikan dan jasa-jasanya.
Bukti kasih sayang Allah banyak sekali. Suatu contoh cahaya matahari yang menyinari alam semesta, udara yang dihirup manusia melalui proses paru-paru, air berfungsi untuk minum, masak dan menyiram tanaman dan kasih sayang ibu terhadap anaknya yang muncul secara fitrah sebagai bukti nyata kasih sayang Allah, rabb semesta alam.
Orang mulia dan baik kepada kedua orang tua akan tahu kedudukan serta kemuliaan orang tua. Dia merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak seolah-olah dia bersujud dengan roh dan perasaannya, bersujud kepada Allah. Dia mendapatkan jati diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua. Allah swt berfirman:
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya” (QS. Al Ankabut: )
3.      Akhlak karib terhadap kerabat,
Agama Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum kerabat, sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah dan ibu bapak. Hidup rukun dan damai dengan saudara dapat tercapai apabila hubungan tetap terjalin dengan saling pengertian dan saling menolong.
Pertalian kerabat dimulai dari yang lebih dekat sampai pada yang lebih jauh. Kita wajib membantu apabila mereka dalam kesukaran. Sebab, dalam hidup ini, hampir semua orang mengalami berbagai kesukaran dan kegoncangan jiwa.
Bila mereka memerlukan pertolongan yang bersifat benda, bantulah dengan benda. Bila mereka mengalami kegoncangan jiwa atau kegelisahan, cobalah menghibur atau menasehatinya. Sebab, bantuan itu tidak hanya berwujud uang (benda), tetapi juga bantuan moril. Bahkan kadang-kadang bantuan moril lebih besar  artinya daripada bantuan materi.
Agama Islam mengutamakannya yang lebih dekat, Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa:36)
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat di sini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita. Ada atsar yang menunjukkan bahwa tetangga adalah empat puluh rumah (yang berada di sekitar rumah) dari setiap penjuru mata angin. Apabila ada khabar yang benar (tentang penafsiran tetangga) dari Rasulullah, itulah  yang kita pakai; namun apabila tidak, hal ini dikembalikan para urf (adat kebiasaan), yaitu kebiasaan orang-orang dalam menetapkan seseorang sebagai tetangganya.
Para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam; pertama, tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan kekeluargaan. Kedua; tetangga muslim saja, tetangga semacam ini mempunyai dua hak sebagai tetangga dan hak Islam. Ketiga; tetangga kafir. Tetangga semacam ini hanya mempunyai satu hak, yaitu tetangga saja.
Dalam hidup ini, setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain. Adakalanya karena sengsara dalam hidup, penderitan batin atau kegelisahan jiwa, dan adakalanya karena sedih setelah mendapat berbagai musibah.
Orang mukmin akan bergerak hatinya apabila melihat orang lain tertimpa kerusakan untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila  tidak ada batuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan, sewaktu-waktu bantuan jasa pun lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan lainnya.
4.      Akhlak terhadap tetangga,dan
5.      Akhlak terhadap masyarakat.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial (al insanu ijtima'iyyun bi at tob'i). Integritas manusia dapat dilihat secara bertingkat, integritas pribadi, integritas keluarga dan integritas sosial. Diantara ketiga lembaga; pribadi, keluarga dan masyarakat terdapat hubungan saling mempengaruhi. Masyarakat yang baik terbangun oleh adanya keluarga-keluarga yang baik, dan keluarga yang baik juga terbangun oleh individu-individu anggauta keluarga yang baik, sebaliknya suasana keluarga akan mewarnai integritas individu dan suasana masyarakat juga mewarnai integritas keluarga dan individu.
Hubungan antar anggauta masyarakat ada yang diikat oleh faktor domisili pertetanggaan, ada juga yang diikat oleh kesamaan profesi, atau kesamaan asal usul dan kesamaan sejarah. Oleh karena itu disamping ada masyarakat lingkungan juga ada masyarakat pers, masyarakat pendidikan, masyarakat ekonomi, masyarakat politik dan sebagainya, juga ada masyarakat etnik dan masyarakat bangsa.
Dalam perspektip ini kita mengenal ungkapan yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah anak zaman, artinya kualitas masyarakat seperti apa akan melahirkan pemimpin seperti apa. Seorang penulis juga anak dari zamannya, artinya pemikiran yang muncul dari seorang penulis mencerminkan keadaan masyarakat zamannya. Bagi orang yang sadar akan makna dirinya sebagai makhluk sosial maka ia bukan hanya dibentuk oleh masyarakatnya, tetapi secara sadar berusaha membangun masyarakat sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
Secara berencana ia membangun institusi-institusi yang akan menjadi pilar terbangunnya masyarakat yang diimpikan, satu pekerjaan yang sering disebut dengan istilah rekayasa sosial, social enginering. Islam mengajarkan bahwa antara individu dengan individu yang lain bagaikan struktur bangunan (ka al bun yan), yang satu memperkuat yang lain. Masyarakat yang ideal adalah yang berinteraksi secara dinamis tetapi harmonis, seperti yang diumpamakan oleh Nabi bagaikan satu tubuh (ka al jasad al wahid), jika satu organ tubuh menderita sakit maka organ yang lain ikut merasakannya dan keseluruhan organ tubuh melakukan solidaritas.
Dari sudut tanggung jawab anggauta masyarakat, suatu masyarakat itu diibaratkan Nabi dengan penumpang perahu, jika ada seorang penumpang di bagian bawah melubangi kapal karena ingin cepat memperoleh air, maka penumpang yang di bagian atas harus mencegahnya, sebab jika tidak, yang tenggelam bukan hanya penumpang yang di bawah, tetapi keseluruhan penumpang perahu, yang bersalah dan yang tidak.
Jadi disamping setiap individu memiliki HAM yang perlu dilindungi, dan setiap keluarga memiliki kehidupan privacy yang perlu dihormati, maka suatu masyarakat juga memiliki norma-norma dan tatanan sosial yang harus dipelihara bersama. Pelanggaran atas norma-norma sosial akan berakibat terjadinya kegoncangan sosial yang dampaknya akan dirasakan oleh setiap keluarga dan setiap individu. Akhlak terhadap masyarakat adalah bertujuan memelihara keharmonisan tatanan masyarakat agar sebagai lembaga yang dibutuhkan oleh semua anggauta masyarakat ia berfungsi optimal.
Di dalam lingkungan masyarakat yang baik, suatu keluarga akan berkembang secara wajar, dan kepribadian individu akan tumbuh secara sehat.
Diantara akhlak terhadap masyarakat adalah:
5.1. Memelihara perasaan umum. Masyarakat yang telah terjalin lama akan memiliki nilai-nilai yang secara umum diakui sebagai kepatutan dan ketidakpatutan. Setiap individu hendaknya menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat melukai perasaan umum, meski perbuatan itu sendiri halal, misalnya berpesta di tengah kemiskinan masyarakat, memamerkan kemewahan di tengah masa krisis ekonomi, menunjukkan arogansi kekuasaan di tengah masyarakat yang lemah, menyelenggarakan kegiatan demontratif yang mengganggu kekhustyu'an orang beribadah, dan sebagainya.
5.2. Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan prosedur. Seorang yang disiplin, datang dan pulang kerja sesuai dengan jadwal kerja, membayar atau memungut bayaran sesuai dengan tarifnya, menempuh jalur urusan sesuai dengan prosedurnya. Pelanggaran kepada disiplin, misalnya' menyuap atau menerima suap, meski dirasa ringan secara ekonomi, tetapi bayarannya adalah rusaknya tatanan dan sistem kerja. Demikian juga nepotisme dalam menggolkan urusan, meski tidak terbukti secara administratip, tetapi sebenarnya merusak aturan main, yang pada gilirannya akan menjadi bom waktu. Korupsi waktu sebenarnya juga suatu perbuatan yang merugikan orang lain, meski tak diketahui secara pasti siapa yang dirugikan. Mark up atau manipulasi biaya/kualitas dari suatu proyek pelayanan publik pada dasarnya merupakan perbuatan penghancuran terhadap masa depan generasi.
5.3. Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan cendekiawan menyumbangkan ilmunya, Pemimpin (umara) mengedepankan keadilan dan tanggungjawab(amanah), pengusaha mengutamakan kejujuran, orang kaya mengoptimalkan infaq dan sedekah, orang miskin mengutamakan keuletan, kesabaran dan doa, politisi memelihara kesantunan dan kelompok profesional mengedepankan profesionalitasnya.
5.4. Amar makruf nahi munkar. Setiap anggauta masyarakat harus memiliki kepedulian terhadap hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena itu mereka harus aktip menganjurkan perbuatan baik yang nyata-nyata telah ditinggalkan masyarakat dan mencegah perbuatan buruk yang dilakukan secara terang terangan oleh sekelompok anggota masyarakat.
6.      Akhlak terhadap bukan manusia ( Alam )
Allah swt menciptakan binatang untuk kepentingan manusia dan juga menunjukkan kekusaannya, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang  berjalan di atas pertunya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. An Nur: 45)
Betapa banyaknya binatang yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ada yang dimanfaatkan tenaganya, air susunya, madunya, dagingnya dan sebagainya. Oleh sebab itu tepatlah apabila kita disuruh untuk memelihara dan menyayangi binatang tersebut. Sampai-sampai apabila hendak menyembelih binatang ternak, kita disuruh untuk menggunakan pisau yang sangat tajam supaya binatang ternak itu tidak lama merasakan sakitnya.
Alam dan isinya diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan manusia. Tumbuhan merupakan bagian dari alam yang merupakan anugerah dari Allah, bukan hanya untuk kehidupan manusia, namun juga untuk kehidupan binatang-binatang. Sebagian besar makanan manusia dan hewan tersebut berasal dari tumbuhan.
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan  dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan  yang bermacam-macam. Makanalah dan gembalakanlah binatang-binatangmu, sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal” (QS. Thaha : 53-54)
Oleh karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas pemberianNya.
C.    Akhlak Terhadap ALLAH SWT

Ø  Akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah ta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

حُسْن الْخُلُق قِسْمَانِ أَحَدهمَا مَعَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ ، وَهُوَ أَنْ يَعْلَم أَنَّ كُلّ مَا يَكُون مِنْك يُوجِب عُذْرًا ، وَكُلّ مَا يَأْتِي مِنْ اللَّه يُوجِب شُكْرًا ، فَلَا تَزَال شَاكِرًا لَهُ مُعْتَذِرًا إِلَيْهِ سَائِرًا إِلَيْهِ بَيْن مُطَالَعَة وَشُهُود عَيْب نَفْسك وَأَعْمَالك .
وَالْقِسْم الثَّانِي : حُسْن الْخُلُق مَعَ النَّاس .وَجَمَاعَة أَمْرَانِ : بَذْل الْمَعْرُوف قَوْلًا وَفِعْلًا ، وَكَفّ الْأَذَى قَوْلًا وَفِعْلًا

Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.2
Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a.    Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
b.   Cinta kepada Allah SWT.
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.3
c.    Ikhlas
Definisinya yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
d.   Khauf dan raja’
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.4
Raja’ yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
e.    Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
f.    Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan Allah SWT.5
g.   Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
h.   Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon, jangan suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
i.     Bertawakal kepada Allah SWT.
Bertawakal yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah hendaknya kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi do’a kita. Itu yang dimaksud dengan tawakal.
j.     Senantiasa mengingat Allah SWT.
Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
k.   Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang bagaimana kita diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain, supaya kita dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak yang baik kepada Allah.
l.     Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar ma’ruf,
m. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.
Ø  Alasan mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Yaitu:1
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut :
yang artinya : (5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.” (at-Tariq:5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
yang Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
yang Artinya (12) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70.
yang Artinya:  "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S al-Israa : 70).

2.2              PERBANDINGAN UKURAN BAIK BURUK DALAM AKHLAK DENGAN ALIRAN DALAM FILSAFAT ETIKA

Kata akhlak sering juga di samakan dengan kesusilaan, atau sopan santun. Bahkan supaya terdengar lebih modern dan mendunia’. Perkataan akhlak, budi pekerti dan lain-lain itu kini sering diganti dengan kata moral atau etika. Hal itu sah dilakukan asal saja orang mengetahui dan memahami perbedaan arti kata-kata yang dimksud.
Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk. Dimasukannya benar atau salah kedalam moral, jelas menunjukan salah satu perbedaan moral dan akhlak, sebab salah benar adalah penilaian dipandang dari sudut hokum yang di dalam agama islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.
Etika, berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam kepustakaan, umumnya kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam kamus besar bahasa Indonesia, misalnya adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang kah dan keajiban moral atau akhlak.
Dalam kamus ensiklopedi diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai tu sendiri.
Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akal lah yang menentukan apakah  perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika bersifat teoritis. Moral bersifat local dan etika bersifat umum (regional).
Akhlak islam berbeda dengan moral dan etika. Perbedannya dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Adapun yang baik dan yang buruk menurut Akhlak adalah sebagai berikut,
1.                  Yang bik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
2.                  Yang buruk menurut akhlak adalah segala sesuatu yang tidak beruna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran islam adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan sunah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.
Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu masa.
Oleh karena itu, dipandang ari sumbernya, akhlak islam bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di satu tempat tertentu.
            Konsekuensinya, Akhlak islam bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relative (nisbi). Perbedaan pengertian ini harus dipahami supaya kita dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika, walaupun dalam kehidupan masyarakat ketiga istilah itu disinonim dan dipakai silah berganti untuk mewujudkan suatu yang baik atau buruk, kendati istilah akhlak makin lama makin mendesak.

2.3              IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA

Butir-butir akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan bintang-bintang di langit. Karena terlalu banyak, tidak semua di catat di ruaang ini. Lagi pula, selain satu butir dapat dilihat dari berbagai segi juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan takwa. Dalam ruangan ini, karena itu, hanya di cantumkan beberapa contoh, sebagai berikut;

Akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu;
1.      Akhlak baik atau terpuji (akhlakul mahmudah) yakni, perbuatan baik terhadap tuhan (al-khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya.
Akhlakul karimah ini banyak macamnya, diantaranya adalah Husnuzzan, gigih, berinisiatif,  rela berkorban, tata karma terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
Adapun istilah-istilah diatas adalah;
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah,dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT  ini sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan al-‘idl.Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan al-‘idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh pancaindera seperti hitungan atau timbangan.
Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau bermanfaat.
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan

2.      Akhlak yang tercela (akhlakul Madzmumah) yakni, perbuatan buruk terhadap tuhan (al-khaliq), terhadap sesame manusia dan makhluk lainnya.

2.3.1        Akhlak terhadap Mahluk Allah
v    Akhlak baik
1.      Akhlak terhadap Rasul Allah ( Nabi Muhammad SAW )
a.       Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunah nya
b.      Menjadikan Rasulullah sebagai idola,suri tauladan dalam hidup dan kehidupan
c.       Menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
2.      Akhlak terhadap Orang tua
a.       Mencintai mereka melebihi cinta kepadakerabat lain
b.      Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih saying
c.       Berkomunikasi dengan orang tua secara khidmat (berkata-kata sopan)
d.      Berbuat dengan sebaik-baiknya kepada ibu-bapak, dengan mengikuti nasihat baiknya, dan tidak menyinggung perasaannya.
e.       Mendo’akan keselamatan dan keamunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
3.      Akhlak terhadap diri sendiri.
a.       Memelihara kesucian diri
b.      Menutup aurat
c.       Jujur dalam perkataan dan perbuatan ikhlas dan rendah hati
d.      Malu melakukan perbuatan jahat
e.       Menjauhi dengki dan menjauhi dendam
f.       Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain
g.      Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia
4.      Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat
a.       Saling membina rasa cinta dan kasih saying dalam kehidupan keluarga
b.      Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
c.       Berbakti kepada ibu-bapak
d.      Mendidik anak-anak dengan kasih saying
e.       Memelihara hubungan silahtirahim dan melanjutkan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia
5.      Akhlak terhadap tetanga
a.       Saling mengunjungi
b.      Saling bantu diwaktu senang, lebih-lebih diwaktu susah
c.       Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati
d.      Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
6.      Akhlak terhadap masyarakat
a.       Memuliakan tamu
b.      Menghornati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
c.       Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa
d.      Menganjurkan anggota masyarakattermasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat
e.       Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya
f.       Bermusyawarah dalam segala hal mengenai kepentingan bersama
g.      Mentaati putusan yang telah di ambil
h.      Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita
i.        Menepati janji
7.      Akhlak terhadap lingkungan hidup
a.       Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
b.      Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora (hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
c.       Sayang pada sesama makhluk.
d.      Tidak mempunyai niat untuk merusak semua ciptaan allah yang ada di alam ini.

v    Akhlak buruk (terhadap makhluk allah)
1.      Mudah marah (Al-Gadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain
2.      Iri-hati atau Dengki (Al-Hasadu Atau Al-Hikdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bias hilang sama sekali.
3.      Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu perilaku yang suka memindahkan perkataanseseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan social keduanya rusak.
4.      Mengumpat (Al-Ghilbah), yaitu seatu perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain
5.      Bersikap Congkak (Al-Ash’aru), yaitusikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan, baik dilihat datri tingkah laku maupun perkataan
6.      Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilaai materi dan jasa kepada orang lain
7.      Berbuat aniaya (Azh-zhulmi), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materiil maupun non-materiil. Dam ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain, termasuk perbuatan Zhalim.(Mahyuddin;1991 : 26-32).
Penggolongan sikap manusia dalam butir-butir akhlak tersebut diatas sebenarnya merupakan sebagian aplikasi dari kata takwa, yaitu melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.

2.3.2        Akhlak terhadap ALLAH SWT
v    Akhlak baik
1.      Al-Hubb, yaitu mencinyai allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-nya dalam kur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan. Kecintaan kita kepada Allah diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2.      Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan rido Allah SW.
3.      As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah.
4.      Qana’ah, yaitu menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar ilahi setelah ber ikhtiar maksimal.
5.      Memomon ampun hanya kepada Allah.
6.      At-Taubat, Bertaubat hanya kepada Allah, taubat tertinggi adalah taubat nasuha, yaitu taubat yang benar-benar taubat, atau tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib menjalankan semua perintah dan menjauhkan semua larangannya.
7.      Tawkal, berserah diri kepada Allah.

v    Akhlak buruk
1.      Takabur (Al-kibru), yaitu sikap menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di alam ini,termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.
2.      Musyrik (Al-syirk), yaitu sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaannya.
3.      Murtad (Ar-ridah), yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari ajaran agama islam, untuk menjadi kafir
4.      Munafik (An-nifaaq), yaitu sikap yang menamplkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinyadalam kehidipan beragama.
5.      Riya’ (Ar-Riyaa), yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah melainkan hanya ingin dipuji oleh sesame manusia.
6.      Boros (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadapnya, merusak perekonomian manusia, merusak hubungan social, serta merusak diri sendiri.
7.      Tamak/Rakus, yaitu sikap tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.


       

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Ø  Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
Ø  Akhlak positif adalahsegala tingkah laku , tabiat, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan sifat baik yang lainnya.
Ø  Akhlak negatif adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong, dendam, dendki, khianat, dan sifat yang buruk lainnya.
Ø  Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Ø  Yang buruk menurut akhlak adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran islam adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan sunah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits.
Ø  Akhlak baik atau terpuji (akhlakul mahmudah) yakni, perbuatan baik terhadap tuhan (al-khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya.
Akhlakul karimah ini banyak macamnya, diantaranya adalah
Husnuzzan, gigih, berinisiatif,  rela berkorban,tata karma terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
Ø  Akhlak yang tercela (akhlakul Madzmumah) yakni, perbuatan buruk terhadap tuhan (al-khaliq), terhadap sesame manusia dan makhluk lainnya.

   DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar