MAKALAH
“
AKHLAK (اخلاق) “
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
ANDRI RUSWANDI
BAI
MAHDI
SOFYAN HADI
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang, Tangerang selatan, Banten
Telp (021) 7412 566 & Fax (021) 7412 566
E-mail : Info@unpam.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Akhlak merujuk kepada amalan, dan
tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Manakala
menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia,
diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta
petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini bererti akhlak merujuk kepada
seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah mahupun batiniah yang
merangkumi aspek amal ibadat, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi,
kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas
adalah pengertian akhlak seorang manusia khususnya akhlak seorang muslim
terhadap dirinya sendiri, lingkungan, dan terlebih akhlak terhadap Allah SWT. Yaitu
tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang manusia muslim tehadap dirinya
sendiri, lingkungan dan terhadap Allah SWT. Sehingga nantinya seorang muslim
akan menjadi seorang yang berakhlak mulia khususnya akhlak Kepada Allah SWT.
Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jadi seorang
muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhannya.
Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan taqwa kepada Allah
SWT.
2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan
kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut
2.1
Apa Pengertian dan ruang lingkup
Akhlak?
2.2
Perbandingan
Ukuran Baik Buruk Dalam Akhlak dengan Aliran dalam Filsafat Etika
2.3
Bagaimanakah
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama?
3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat
memahami pengertian dan ruang lingkup akhlak
2.
Mahasiswa dapat
memahami perbandingan baik buruk dalam akhlak
3.
Mahasiswa dapat
memahami implementasi akhlak dalam kehidupan bersama
4. MANFAAT
PENULISAN
Penyusunan berharap makalah ini mampu
menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
DAN RUANG LINGKUP AKHLAK
2.1.1
PENGERTIAN
AKHLAK
Sebagaimana kita ketahui bahwa
komponen ( Utama ) dalam agama islam adalah akidah, ayari’ah dan akhlak.
Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan nabi Mihammad SAW kepada malaikat
Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti islam, iman dan ihsan yang
ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya sama dengan ini yang dikandung oleh
perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan ( tersebut di atas )
berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsana
yang berarti berbuat baik.
Di dalam Al-Qur’an terdapat kata
ihsan yang artinya berbuat kebijakan atau kebaikan (antara lain pada surat
An-nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat Ar-Rahman (55) ayat 60). Baik
bebaikan maupun kebajikan rapat hubungannya dengan akhlak.
Akhlak berasal dari bahasa arab (اخلاق) jamak
dari kata خلق
yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah;
akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya
adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat
melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal
dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya.
Secara etimologis akhlak adalah
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.
Kata akhlaknya yang berarti
menciptakan seakan dengan kata khaliq (pencipta), makhaliq yang (diciptakan)
dan khalq (penciptaan).Kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (Tuhan).
Kata dalam bahasa Indonesia yang
lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti
maupun akhlak mempunyai atau mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan ataupenerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif, mungkin
negative, mungkin baik mungkin buruk.
Yang termasuk kedalam akhlak positif
adalahsegala tingkah laku , tabiat, watak dan perangai yang sifatnya benar,
amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan sifat baik yang lainnya.
Sedangkan yang termasuk kedalam
akhlak negatif adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong, dendam,
dendki, khianat, dan sifat yang buruk lainnya. Adapun yang menentukan baik
buruk nya akhlak adalah nilai dan norma agama, dan katakana bahwa al-haq
datangnta dari tuhanmu.
Secara terminologis (ishthilabah)
ada beberapa definisi tentang akhlaq :
1.
Imam Al-Ghazali
Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.
Ibrahim Anis
Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan.
3.
Abdul Karim Zaidan
Akhlak
adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang depan sorotan
dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah
bagi kita bahwa akhlak itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer
dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.
Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlak bersifat netral, belum
merunjuk kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak
dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia.
Misalnya, bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya. “kamu
tidak berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaknya.
Akhlak menempati posisi sangat penting
dalam islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti merupakan ‘buah’
pohon islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaus syari’ah. Pentingnya
kedua akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah ( sunnah dalam bentuk
perkataan ) rasulullah, Diantaranya adalah;
·
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
·
“Mungkin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
paling baik akhlaknya”
(HR.Tarmizi)
Dan,
Akhlak nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut
akhlak islam atau akhlak islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini
terdapat dalam Al-Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran islam.
2.1.2
PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH
Menurut
Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau
perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang
memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT
(sebagai Kholiq).
2.1.3
RUANG LINGKUP AKHLAK
A.
Akhlak Terhadap Diri Sendiri, Meliputi;
Ø Berakhlak
terhadap jasmani.
a. menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia
menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan.
Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih,
baik dan rapi terutamanya pada hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu
bersugi.
b.
Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah
dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya
sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan
satu pertiga untuk bernafas.
c. tidak mengabaikan latihan
jasmaninya
riyadhah
atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak
Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak
mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat
bermasyarakat dan seumpamanya.
d. Rupa diri.
Seorang
muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan
budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah
agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah
orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud
dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud
dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan
nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
Ø berakhlak
terhadap akalnya.
a. memenuhi akalnya dengan ilmu
akhlak
Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang
memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal
hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya
dengan ilmu.
Ilmu
fardh 'ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia
berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak
terhadap akalnya.
b. penguasaan ilmu
sepatutnya
umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu
dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap
pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara
utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat,
ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara
itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu,
termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat.
Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan
Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan
menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang
masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka,
dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
Ø Berakhlak
terhadap jiwa
manusia
pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan
jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara
membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a.
Bertaubat
b.
Bermuqarabah
c.
Bermuhasabah
d.
Bermujahadah
e.
Memperbanyak ibadah
f.
Menghadiri majlis Iman
Untuk
meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada
itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita
perlu berdoa kepada Allah.
B.
Akhlak Terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak
terlepas berbicara masalah kehidupan. Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan
hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan
mengatasi masalah hidup. Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun
kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya. Kehidupan adalah saling
berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak
terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun
norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa
itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk
lainnya.
Adapun yang di maksud akhlak terhadap sesama adalah
misalnya;
1. Akhlak terhadap Rasulullah SAW,
Dalam banyak ayat, Allah SWT
meletakkan perintah taat kepada Rasulullah sesudah perintah taat kepada Allah.
Adakalanya perintah taat kepada Rasulullah disebut secara eksplisit sehingga
kalimatnya menjadi ‘’taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul’’, dan ada
kalanya dengan di’athaf (diikutkan) saja kepada perintah saat kepada Allah,
sehingga kalimatnya menjadi ‘’taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya’’seperti dalam
dua ayat berikut ini:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri diantara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan baru kemudian. Yang demikian itu lebih
baik akibatnya.”(QS. An-Nisa 4:59).
2. Akhlak terhadap orang tua,
Dalam
Al-Qur’an dan al Hadis permasalahan berbakti kepada orang tua senantiasa
dikaitkan dengan keimanan kepada Allah, sedangkan masalah durhaka
terhadap keduanya selalu dikaitkan dengan berbuat syirik terhadapNya. Tak heran
bila sebagian ulama menyimpulkan bahwa keimanan seseorang tidak akan berarti
selama dia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya dan tidak ada bakti kepada
keduanya selama dia tidak beriman kepada Allah.
Berbuat
baik kepada orang tua merupakan ajaran yang menjadi ketepatan kitabullah
Al-Qur’an dan al hadis. Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukanNya dengan suatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu
bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)
Allah
menghubungkan beribadah kepadaNya dengan berbuat baik kepada orang tua. Hal ini
menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua dan birrul walidain (berbuat baik
kepada kedua orang tua) di sisi Allah.
Secara
naluri, orang tua rela mati mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan
membesarkan anak-anaknya dan anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan
sempurna dan kedua orang tuanya.
Seorang
anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang tuanya. Tatkala kedua orang
tua menginjak masa tua, mereka pun tetap berbahagia dengan keadaan
putra-putrinya. Akan tetapi, betapa cepat seorang anak melalaikan jasa-jasa
orang tuanya, hanya karena disibukkan oleh istri dan anak-anaknya. Ia tidak
perlu bagi menasihati anak-anaknya hanya saja seorang anak harus diingatkan dan
digugah perasaannya atas kewajiban mereka terhadap orang tuanya yang sepanjang
umurnya dihabiskan untuk mereka serta mengorbankan segala yang ada demi
kesenangan dan kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.
Ini
tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu keharusan bagi anak untuk selalu
mengucapkan perkataan yang baik kepada kedua orang tua dan memperlihatkan sikap
hormat serta menghargai.
Allah
ta’ala juga berfirman dalam surat Al Isra’ yang artinya: Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang”
Seolah-olah
sikap rendah diri memiliki sayap dan sayap tersebut direndahkan sebagai
tanda penghormatan dan penyerahan diri dalam arti sikap rendah diri yang
selayaknya kepada kedua orang tua, sebagai pengakuan tulus atas kebaikan dan
jasa-jasanya.
Bukti
kasih sayang Allah banyak sekali. Suatu contoh cahaya matahari yang menyinari
alam semesta, udara yang dihirup manusia melalui proses paru-paru, air
berfungsi untuk minum, masak dan menyiram tanaman dan kasih sayang ibu terhadap
anaknya yang muncul secara fitrah sebagai bukti nyata kasih sayang Allah, rabb
semesta alam.
Orang
mulia dan baik kepada kedua orang tua akan tahu kedudukan serta kemuliaan orang
tua. Dia merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak seolah-olah dia
bersujud dengan roh dan perasaannya, bersujud kepada Allah. Dia mendapatkan
jati diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu
menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua. Allah swt
berfirman:
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya” (QS. Al Ankabut: )
3. Akhlak karib terhadap kerabat,
Agama
Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum kerabat,
sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah dan ibu bapak. Hidup rukun dan damai
dengan saudara dapat tercapai apabila hubungan tetap terjalin dengan saling
pengertian dan saling menolong.
Pertalian
kerabat dimulai dari yang lebih dekat sampai pada yang lebih jauh. Kita wajib
membantu apabila mereka dalam kesukaran. Sebab, dalam hidup ini, hampir semua
orang mengalami berbagai kesukaran dan kegoncangan jiwa.
Bila
mereka memerlukan pertolongan yang bersifat benda, bantulah dengan benda. Bila
mereka mengalami kegoncangan jiwa atau kegelisahan, cobalah menghibur atau
menasehatinya. Sebab, bantuan itu tidak hanya berwujud uang (benda), tetapi
juga bantuan moril. Bahkan kadang-kadang bantuan moril lebih besar
artinya daripada bantuan materi.
Agama
Islam mengutamakannya yang lebih dekat, Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu
bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa:36)
Tetangga
adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau
pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat di
sini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita. Ada atsar yang
menunjukkan bahwa tetangga adalah empat puluh rumah (yang berada di sekitar
rumah) dari setiap penjuru mata angin. Apabila ada khabar yang benar (tentang
penafsiran tetangga) dari Rasulullah, itulah yang kita pakai; namun
apabila tidak, hal ini dikembalikan para urf (adat kebiasaan), yaitu kebiasaan
orang-orang dalam menetapkan seseorang sebagai tetangganya.
Para
ulama membagi tetangga menjadi tiga macam; pertama, tetangga muslim yang masih
mempunyai hubungan kekeluargaan. Kedua; tetangga muslim saja, tetangga semacam
ini mempunyai dua hak sebagai tetangga dan hak Islam. Ketiga; tetangga kafir.
Tetangga semacam ini hanya mempunyai satu hak, yaitu tetangga saja.
Dalam
hidup ini, setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain. Adakalanya
karena sengsara dalam hidup, penderitan batin atau kegelisahan jiwa, dan
adakalanya karena sedih setelah mendapat berbagai musibah.
Orang
mukmin akan bergerak hatinya apabila melihat orang lain tertimpa kerusakan
untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila tidak ada
batuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau
kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan, sewaktu-waktu bantuan jasa pun
lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan lainnya.
4. Akhlak terhadap tetangga,dan
5. Akhlak terhadap masyarakat.
Pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial (al insanu ijtima'iyyun bi at tob'i).
Integritas manusia dapat dilihat secara bertingkat, integritas pribadi, integritas
keluarga dan integritas sosial. Diantara ketiga lembaga; pribadi, keluarga dan
masyarakat terdapat hubungan saling mempengaruhi. Masyarakat yang baik
terbangun oleh adanya keluarga-keluarga yang baik, dan keluarga yang baik juga
terbangun oleh individu-individu anggauta keluarga yang baik, sebaliknya
suasana keluarga akan mewarnai integritas individu dan suasana masyarakat juga
mewarnai integritas keluarga dan individu.
Hubungan
antar anggauta masyarakat ada yang diikat oleh faktor domisili pertetanggaan,
ada juga yang diikat oleh kesamaan profesi, atau kesamaan asal usul dan
kesamaan sejarah. Oleh karena itu disamping ada masyarakat lingkungan juga ada
masyarakat pers, masyarakat pendidikan, masyarakat ekonomi, masyarakat politik
dan sebagainya, juga ada masyarakat etnik dan masyarakat bangsa.
Dalam
perspektip ini kita mengenal ungkapan yang mengatakan bahwa seorang pemimpin
adalah anak zaman, artinya kualitas masyarakat seperti apa akan melahirkan
pemimpin seperti apa. Seorang penulis juga anak dari zamannya, artinya
pemikiran yang muncul dari seorang penulis mencerminkan keadaan masyarakat
zamannya. Bagi orang yang sadar akan makna dirinya sebagai makhluk sosial maka
ia bukan hanya dibentuk oleh masyarakatnya, tetapi secara sadar berusaha membangun
masyarakat sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
Secara
berencana ia membangun institusi-institusi yang akan menjadi pilar terbangunnya
masyarakat yang diimpikan, satu pekerjaan yang sering disebut dengan istilah
rekayasa sosial, social enginering. Islam mengajarkan bahwa antara individu
dengan individu yang lain bagaikan struktur bangunan (ka al bun yan), yang satu
memperkuat yang lain. Masyarakat yang ideal adalah yang berinteraksi secara
dinamis tetapi harmonis, seperti yang diumpamakan oleh Nabi bagaikan satu tubuh
(ka al jasad al wahid), jika satu organ tubuh menderita sakit maka organ yang
lain ikut merasakannya dan keseluruhan organ tubuh melakukan solidaritas.
Dari
sudut tanggung jawab anggauta masyarakat, suatu masyarakat itu diibaratkan Nabi
dengan penumpang perahu, jika ada seorang penumpang di bagian bawah melubangi
kapal karena ingin cepat memperoleh air, maka penumpang yang di bagian atas
harus mencegahnya, sebab jika tidak, yang tenggelam bukan hanya penumpang yang
di bawah, tetapi keseluruhan penumpang perahu, yang bersalah dan yang tidak.
Jadi
disamping setiap individu memiliki HAM yang perlu dilindungi, dan setiap
keluarga memiliki kehidupan privacy yang perlu dihormati, maka suatu masyarakat
juga memiliki norma-norma dan tatanan sosial yang harus dipelihara bersama.
Pelanggaran atas norma-norma sosial akan berakibat terjadinya kegoncangan
sosial yang dampaknya akan dirasakan oleh setiap keluarga dan setiap individu.
Akhlak terhadap masyarakat adalah bertujuan memelihara keharmonisan tatanan
masyarakat agar sebagai lembaga yang dibutuhkan oleh semua anggauta masyarakat
ia berfungsi optimal.
Di
dalam lingkungan masyarakat yang baik, suatu keluarga akan berkembang secara
wajar, dan kepribadian individu akan tumbuh secara sehat.
Diantara
akhlak terhadap masyarakat adalah:
5.1.
Memelihara perasaan umum. Masyarakat yang telah terjalin lama akan memiliki
nilai-nilai yang secara umum diakui sebagai kepatutan dan ketidakpatutan.
Setiap individu hendaknya menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat
melukai perasaan umum, meski perbuatan itu sendiri halal, misalnya berpesta di
tengah kemiskinan masyarakat, memamerkan kemewahan di tengah masa krisis
ekonomi, menunjukkan arogansi kekuasaan di tengah masyarakat yang lemah,
menyelenggarakan kegiatan demontratif yang mengganggu kekhustyu'an orang
beribadah, dan sebagainya.
5.2.
Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan sesuatu
sesuai dengan kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan prosedur. Seorang yang
disiplin, datang dan pulang kerja sesuai dengan jadwal kerja, membayar atau
memungut bayaran sesuai dengan tarifnya, menempuh jalur urusan sesuai dengan
prosedurnya. Pelanggaran kepada disiplin, misalnya' menyuap atau menerima suap,
meski dirasa ringan secara ekonomi, tetapi bayarannya adalah rusaknya tatanan
dan sistem kerja. Demikian juga nepotisme dalam menggolkan urusan, meski tidak
terbukti secara administratip, tetapi sebenarnya merusak aturan main, yang pada
gilirannya akan menjadi bom waktu. Korupsi waktu sebenarnya juga suatu
perbuatan yang merugikan orang lain, meski tak diketahui secara pasti siapa
yang dirugikan. Mark up atau manipulasi biaya/kualitas dari suatu proyek
pelayanan publik pada dasarnya merupakan perbuatan penghancuran terhadap masa
depan generasi.
5.3.
Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan cendekiawan
menyumbangkan ilmunya, Pemimpin (umara) mengedepankan keadilan dan
tanggungjawab(amanah), pengusaha mengutamakan kejujuran, orang kaya
mengoptimalkan infaq dan sedekah, orang miskin mengutamakan keuletan, kesabaran
dan doa, politisi memelihara kesantunan dan kelompok profesional mengedepankan
profesionalitasnya.
5.4.
Amar makruf nahi munkar. Setiap anggauta masyarakat harus memiliki kepedulian
terhadap hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena itu mereka harus
aktip menganjurkan perbuatan baik yang nyata-nyata telah ditinggalkan
masyarakat dan mencegah perbuatan buruk yang dilakukan secara terang terangan
oleh sekelompok anggota masyarakat.
6. Akhlak terhadap bukan manusia ( Alam )
Allah
swt menciptakan binatang untuk kepentingan manusia dan juga menunjukkan
kekusaannya, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan Allah telah menciptakan semua
jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di
atas pertunya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya
sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. An Nur: 45)
Betapa
banyaknya binatang yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ada yang dimanfaatkan
tenaganya, air susunya, madunya, dagingnya dan sebagainya. Oleh sebab itu
tepatlah apabila kita disuruh untuk memelihara dan menyayangi binatang
tersebut. Sampai-sampai apabila hendak menyembelih binatang ternak, kita disuruh
untuk menggunakan pisau yang sangat tajam supaya binatang ternak itu tidak lama
merasakan sakitnya.
Alam
dan isinya diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan manusia. Tumbuhan merupakan
bagian dari alam yang merupakan anugerah dari Allah, bukan hanya untuk
kehidupan manusia, namun juga untuk kehidupan binatang-binatang. Sebagian besar
makanan manusia dan hewan tersebut berasal dari tumbuhan.
“Yang telah menjadikan bagimu bumi
sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan
menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan
itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanalah
dan gembalakanlah binatang-binatangmu, sesungguhnya pada yang demikian itu,
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal” (QS. Thaha
: 53-54)
Oleh
karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sesuai
dengan kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas pemberianNya.
C.
Akhlak Terhadap ALLAH SWT
Ø Akhlak
seorang muslim terhadap Allah SWT
Kita
sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena
Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk
itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk.
Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut
pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan
mampu menjangkaunya.
Seorang
yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah
ta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
حُسْن الْخُلُق قِسْمَانِ أَحَدهمَا مَعَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ
، وَهُوَ أَنْ يَعْلَم أَنَّ كُلّ مَا يَكُون مِنْك يُوجِب عُذْرًا ، وَكُلّ مَا
يَأْتِي مِنْ اللَّه يُوجِب شُكْرًا ، فَلَا تَزَال شَاكِرًا لَهُ مُعْتَذِرًا
إِلَيْهِ سَائِرًا إِلَيْهِ بَيْن مُطَالَعَة وَشُهُود عَيْب نَفْسك وَأَعْمَالك .
وَالْقِسْم الثَّانِي : حُسْن الْخُلُق مَعَ النَّاس
.وَجَمَاعَة أَمْرَانِ : بَذْل الْمَعْرُوف قَوْلًا وَفِعْلًا ، وَكَفّ الْأَذَى
قَوْلًا وَفِعْلًا
Keluhuran
akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu
meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung
kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala
sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa
bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya
sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua,
akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu
berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.2
Adapun
contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a.
Taqwa
kepada Allah SWT.
Definisi
taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
b.
Cinta
kepada Allah SWT.
Definisi
cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan
rasa kasih sayang.3
c.
Ikhlas
Definisinya
yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu
semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
d.
Khauf dan
raja’
Khauf
yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan
menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.4
Raja’
yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
e.
Bersyukrur
terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur
yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak
berkumpul maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat
dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat
kepada Allah.
f.
Muraqobah
Dalam
hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan
Allah SWT.5
g.
Taubat
Taubat
berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
h.
Berbaik
sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya
kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon, jangan
suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
i.
Bertawakal
kepada Allah SWT.
Bertawakal
yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah
hendaknya kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi do’a kita. Itu
yang dimaksud dengan tawakal.
j.
Senantiasa
mengingat Allah SWT.
Salah
satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam
keadaan apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
k.
Memikirkan
keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu
kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang bagaimana
kita diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain,
supaya kita dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak
yang baik kepada Allah.
l.
Melaksanakan
apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Sebagai
hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar ma’ruf,
m. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai
hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.
Ø Alasan
mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT
Seorang
muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT.
Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah
baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa
syukrur kita.
Menurut
Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah.
Yaitu:1
Pertama,
karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari
air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini
sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai
berikut :
yang
artinya : (5) "Maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air
yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”
(at-Tariq:5-7)
Kedua,
karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl
ayat, 78.
yang
Artinya: "Dan Allah telah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga,
karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah
dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
yang
Artinya (12) "Allah-lah yang
menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari
pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ).
Keempat,
Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70.
yang
Artinya: "Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan
lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
(Q.S al-Israa : 70).
2.2
PERBANDINGAN UKURAN BAIK BURUK DALAM AKHLAK
DENGAN ALIRAN DALAM FILSAFAT ETIKA
Kata akhlak sering juga di samakan dengan kesusilaan,
atau sopan santun. Bahkan supaya terdengar lebih modern dan mendunia’.
Perkataan akhlak, budi pekerti dan lain-lain itu kini sering diganti dengan
kata moral atau etika. Hal itu sah dilakukan asal saja orang mengetahui dan
memahami perbedaan arti kata-kata yang dimksud.
Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas suatu sifat,perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak
dikatakan benar, salah, baik, buruk. Dimasukannya benar atau salah kedalam
moral, jelas menunjukan salah satu perbedaan moral dan akhlak, sebab salah
benar adalah penilaian dipandang dari sudut hokum yang di dalam agama islam
tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.
Etika, berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti
kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam
kepustakaan, umumnya kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam kamus
besar bahasa Indonesia, misalnya adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang kah dan keajiban moral atau akhlak.
Dalam kamus ensiklopedi diterangkan bahwa etika adalah
filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Kecuali mempelajari
nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai tu sendiri.
Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku
manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang
dipergunakannya adalah akal pikiran. Akal lah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau
moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika
bersifat teoritis. Moral bersifat local dan etika bersifat umum (regional).
Akhlak islam berbeda dengan moral dan etika. Perbedannya
dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk.
Adapun
yang baik dan yang buruk menurut Akhlak adalah sebagai berikut,
1.
Yang
bik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai
dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain
2.
Yang
buruk menurut akhlak adalah segala sesuatu yang tidak beruna, tidak sesuai
dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan
masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap yang
melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran islam
adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan
sunah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.
Yang
menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat
dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu masa.
Oleh
karena itu, dipandang ari sumbernya, akhlak islam bersifat tetap dan berlaku
untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di
satu tempat tertentu.
Konsekuensinya, Akhlak islam
bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relative (nisbi). Perbedaan
pengertian ini harus dipahami supaya kita dapat membedakan sifat dan isi
akhlak, moral dan etika, walaupun dalam kehidupan masyarakat ketiga istilah itu
disinonim dan dipakai silah berganti untuk mewujudkan suatu yang baik atau
buruk, kendati istilah akhlak makin lama makin mendesak.
2.3
IMPLEMENTASI
AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
Butir-butir
akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan
bintang-bintang di langit. Karena terlalu banyak, tidak semua di catat di
ruaang ini. Lagi pula, selain satu butir dapat dilihat dari berbagai segi juga
mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan takwa. Dalam ruangan ini, karena itu,
hanya di cantumkan beberapa contoh, sebagai berikut;
Akhlak terbagi
menjadi dua jenis, yaitu;
1.
Akhlak baik atau terpuji (akhlakul mahmudah) yakni,
perbuatan baik terhadap tuhan (al-khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk
lainnya.
Akhlakul karimah ini banyak macamnya, diantaranya adalah
Husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela
berkorban, tata karma terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal
shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
Adapun istilah-istilah diatas adalah;
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut
juga positive thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya
berprasangka buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk
diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena
sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang
positif serta menhindarkan sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi
sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah,dan selalu
menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan
masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita
miliki demi sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau
dilandasi niat dan tujuan yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini
sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran
Allah kepada kaumnya.
Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata
al-‘adl dan al-‘idl.Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu
atau rasio,sedangkan al-‘idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan
dapat dirasakan oleh pancaindera seperti hitungan atau timbangan.
Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah
mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang
terjadi pada diri kita.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang
berakibat pada hal positif atau bermanfaat.
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang
tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan
menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang
dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan
yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya
diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur
tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan
2. Akhlak
yang tercela (akhlakul Madzmumah) yakni, perbuatan buruk terhadap tuhan
(al-khaliq), terhadap sesame manusia dan makhluk lainnya.
2.3.1
Akhlak
terhadap Mahluk Allah
v Akhlak baik
1.
Akhlak terhadap Rasul Allah ( Nabi
Muhammad SAW )
a. Mencintai
Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunah nya
b. Menjadikan
Rasulullah sebagai idola,suri tauladan dalam hidup dan kehidupan
c. Menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangannya.
2.
Akhlak terhadap Orang tua
a. Mencintai
mereka melebihi cinta kepadakerabat lain
b. Merendahkan
diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih saying
c. Berkomunikasi
dengan orang tua secara khidmat (berkata-kata sopan)
d. Berbuat
dengan sebaik-baiknya kepada ibu-bapak, dengan mengikuti nasihat baiknya, dan
tidak menyinggung perasaannya.
e. Mendo’akan
keselamatan dan keamunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah
meninggal dunia.
3.
Akhlak terhadap diri sendiri.
a. Memelihara
kesucian diri
b. Menutup
aurat
c. Jujur
dalam perkataan dan perbuatan ikhlas dan rendah hati
d. Malu
melakukan perbuatan jahat
e. Menjauhi
dengki dan menjauhi dendam
f. Berlaku
adil terhadap diri sendiri dan orang lain
g. Menjauhi
segala perkataan dan perbuatan sia-sia
4.
Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat
a. Saling
membina rasa cinta dan kasih saying dalam kehidupan keluarga
b. Saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
c. Berbakti
kepada ibu-bapak
d. Mendidik
anak-anak dengan kasih saying
e. Memelihara
hubungan silahtirahim dan melanjutkan silaturahmi yang dibina orang tua yang
telah meninggal dunia
5.
Akhlak terhadap tetanga
a. Saling
mengunjungi
b. Saling
bantu diwaktu senang, lebih-lebih diwaktu susah
c. Saling
beri-memberi, saling hormat-menghormati
d. Saling
menghindari pertengkaran dan permusuhan
6.
Akhlak terhadap masyarakat
a. Memuliakan
tamu
b. Menghornati
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
c. Saling
menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa
d. Menganjurkan
anggota masyarakattermasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri
dan orang lain melakukan perbuatan jahat
e. Memberi
makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya
f. Bermusyawarah
dalam segala hal mengenai kepentingan bersama
g. Mentaati
putusan yang telah di ambil
h. Menunaikan
amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau
masyarakat kepada kita
i.
Menepati janji
7.
Akhlak terhadap lingkungan hidup
a. Sadar
dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
b. Menjaga
dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora (hewan dan
tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan
makhluk lainnya.
c. Sayang
pada sesama makhluk.
d. Tidak
mempunyai niat untuk merusak semua ciptaan allah yang ada di alam ini.
v Akhlak buruk (terhadap makhluk
allah)
1.
Mudah marah (Al-Gadhab), yaitu kondisi
emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga
menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain
2.
Iri-hati atau Dengki (Al-Hasadu Atau
Al-Hikdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar
kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bias hilang sama sekali.
3.
Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu
perilaku yang suka memindahkan perkataanseseorang kepada orang lain, dengan
maksud agar hubungan social keduanya rusak.
4.
Mengumpat (Al-Ghilbah), yaitu seatu
perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain
5.
Bersikap Congkak (Al-Ash’aru),
yaitusikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan, baik dilihat datri
tingkah laku maupun perkataan
6.
Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu suatu
sikap yang tidak mau memberikan nilaai materi dan jasa kepada orang lain
7. Berbuat
aniaya (Azh-zhulmi), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik
kerugian materiil maupun non-materiil. Dam ada juga yang mengatakan bahwa
seseorang yang mengambil hak-hak orang lain, termasuk perbuatan Zhalim.(Mahyuddin;1991
: 26-32).
Penggolongan sikap manusia dalam butir-butir akhlak
tersebut diatas sebenarnya merupakan sebagian aplikasi dari kata takwa, yaitu
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.
2.3.2
Akhlak
terhadap ALLAH SWT
v Akhlak baik
1.
Al-Hubb, yaitu mencinyai allah melebihi
cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-nya dalam kur’an
sebagai pedoman hidup dan kehidupan. Kecintaan kita kepada Allah diwujudkan
dengan cara melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2.
Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan rido
Allah SW.
3.
As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan
karunia Allah.
4.
Qana’ah, yaitu menerima dengan ikhlas
semua kada dan kadar ilahi setelah ber ikhtiar maksimal.
5.
Memomon ampun hanya kepada Allah.
6.
At-Taubat, Bertaubat hanya kepada Allah,
taubat tertinggi adalah taubat nasuha, yaitu taubat yang benar-benar taubat,
atau tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib
menjalankan semua perintah dan menjauhkan semua larangannya.
7.
Tawkal, berserah diri kepada Allah.
v Akhlak buruk
1.
Takabur (Al-kibru), yaitu sikap
menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di alam
ini,termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.
2.
Musyrik (Al-syirk), yaitu sikap yang
mempersekutukan Allah dengan makhluk-nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada
suatu makhluk yang menyamai kekuasaannya.
3.
Murtad (Ar-ridah), yaitu sikap yang
meninggalkan atau keluar dari ajaran agama islam, untuk menjadi kafir
4.
Munafik (An-nifaaq), yaitu sikap yang
menamplkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinyadalam kehidipan beragama.
5.
Riya’ (Ar-Riyaa), yaitu suatu sikap yang
selalu menunjuk-nunjukan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat
bukan karena Allah melainkan hanya ingin dipuji oleh sesame manusia.
6.
Boros (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang
selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah melarang bersikap boros,
karena hal itu dapat melakukan dosa terhadapnya, merusak perekonomian manusia,
merusak hubungan social, serta merusak diri sendiri.
7.
Tamak/Rakus, yaitu sikap tidak pernah
merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki,
tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Ø Akhlak adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
Ø Akhlak positif adalahsegala tingkah laku , tabiat, watak dan
perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan sifat baik
yang lainnya.
Ø Akhlak negatif adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong,
dendam, dendki, khianat, dan sifat yang buruk lainnya.
Ø Yang baik menurut akhlak
adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama,
nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Ø Yang
buruk menurut akhlak adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai
dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan
masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap yang
melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran islam
adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan
sunah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits.
Ø Akhlak
baik atau terpuji (akhlakul mahmudah) yakni, perbuatan baik terhadap tuhan
(al-khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya.
Akhlakul karimah ini banyak
macamnya, diantaranya adalah
Husnuzzan, gigih,
berinisiatif, rela berkorban,tata
karma terhadap makhluk
Allah, adil, ridho, amal
shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
Ø Akhlak
yang tercela (akhlakul Madzmumah) yakni, perbuatan buruk terhadap tuhan
(al-khaliq), terhadap sesame manusia dan makhluk lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar